Kamis, 10 September 2009

Sumber Gas CO2 di Laut

Karbondioksida adalah suatu komposisi campuran kimia yang terdiri atas dua atom oksigen kovalent yang terikat pada satu atom karbon. Gas ini berada diatmosfir bumi pada suhu dan tekanan standar. Pada saat sekarang diperkirakan diperkirakan konsetrasi rata-rata secara global berkisar 383 ppm dari volume atmosfer bumi (Whorf, T.P., Keeling, CD,2005), meskipun ha ini bervariasi terhadap lokasi dan waktu.karbo dioxida adalah gas rumah kaca yang penting karena melewatkan cahaya tampak dan menyerap secara kuat cahaya infra merah.
Kelarutan CO2 merupakan salah satu komponen yang mempunyai siklus yang sangat kompleks. Tidak semua aspek dapat dipelajari pada siklus CO2 tersebut. Secara umum kontribusi CO2 total di atmosfer berasal dari juvenil CO2, biosfer, pembakaran fossil, proses-proses industri, kebakaran hutan, aktivitas pertanian, proses respirasi dan up take langsung oleh perairan dari udara melalui permukaan laut. Pada gambar 1 dapat dilihat siklus CO2 yang diproleh dari http://id.wikipedia.org . Konsentrasi CO2 dalam atmosfer sekitar 320 ppm, dimana nilai tersebut dipengaruhi oleh letak termasuk didalamnya ketinggian dari permukaan bumi. Variasi perubahannya terjadi baik secara harian maupun tahunan.

Gambar 1. Siklus Karbon (http://id.wikipedia.org)
Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer Bumi (objek astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon yang hampir sama meskipun hingga kini belum diketahui).
Dalam siklus ini terdapat empat reservoir karbon utama yang dihubungkan oleh jalur pertukaran. Reservoir-reservoir tersebut adalah atmosfer, biosfer teresterial (biasanya termasuk pula freshwater system dan material non-hayati organik seperti karbon tanah (soil carbon)), lautan (termasuk karbon anorganik terlarut dan biota laut hayati dan non-hayati), dan sedimen (termasuk bahan bakar fosil). Pergerakan tahunan karbon, pertukaran karbon antar reservoir, terjadi karena proses-proses kimia, fisika, geologi, dan biologi yang bermaca-macam. Lautan mengadung kolam aktif karbon terbesar dekat permukaan Bumi, namun demikian laut dalam bagian dari kolam ini mengalami pertukaran yang lambat dengan atmosfer.
Neraca karbon global adalah kesetimbangan pertukaran karbon (antara yang masuk dan keluar) antar reservoir karbon atau antara satu putaran (loop) spesifik siklus karbon (misalnya atmosfer - biosfer). Analisis neraca karbon dari sebuah kolam atau reservoir dapat memberikan informasi tentang apakah kolam atau reservoir berfungsi sebagai sumber (source) atau lubuk (sink) karbon dioksida.
Karbon di atmosfer
Diagram dari siklus karbon (Gambar 1). Angka dengan warna hitam menyatakan berapa banyak karbon tersimpan dalam berbagai reservoir, dalam milyar ton ("GtC" berarti Giga Ton Karbon). Angka dengan warna biru menyatakan berapa banyak karbon berpindah antar reservoir setiap tahun. Sedimen, sebagaimana yang diberikan dalam diagram, tidak termasuk ~70 juta GtC batuan karbonat dan kerogen
Bagian terbesar dari karbon yang berada di atmosfer Bumi adalah gas karbon dioksida (CO2). Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian yang sangat kecil dari seluruh gas yang ada di atmosfer (hanya sekitar 0,04% dalam basis molar, meskipun sedang mengalami kenaikan), namun ia memiliki peran yang penting dalam menyokong kehidupan. Gas-gas lain yang mengandung karbon di atmosfer adalah metan dan kloroflorokarbon atau CFC (CFC ini merupakan gas artifisial atau buatan). Gas-gas tersebut adalah gas rumah kaca yang konsentrasinya di atmosfer telah bertambah dalam dekade terakhir ini, dan berperan dalam pemanasan global.
Karbon diambil dari atmosfer dengan berbagai cara:
• Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesa untuk mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat, dan melepaskan oksigen ke atmosfer. Proses ini akan lebih banyak menyerap karbon pada hutan dengan tumbuhan yang baru saja tumbuh atau hutan yang sedang mengalami pertumbuhan yang cepat.
• Pada permukaan laut ke arah kutub, air laut menjadi lebih dingin dan CO2 akan lebih mudah larut. Selanjutnya CO2 yang larut tersebut akan terbawa oleh sirkulasi termohalin yang membawa massa air di permukaan yang lebih berat ke kedalaman laut atau interior laut (lihat bagian solubility pump).
• Di laut bagian atas (upper ocean), pada daerah dengan produktivitas yang tinggi, organisme membentuk jaringan yang mengandung karbon, beberapa organisme juga membentuk cangkang karbonat dan bagian-bagian tubuh lainnya yang keras. Proses ini akan menyebabkan aliran karbon ke bawah (lihat bagian biological pump).
• Pelapukan batuan silikat. Tidak seperti dua proses sebelumnya, proses ini tidak memindahkan karbon ke dalam reservoir yang siap untuk kembali ke atmosfer. Pelapukan batuan karbonat tidak memiliki efek netto terhadap CO2 atmosferik karena ion bikarbonat yang terbentuk terbawa ke laut dimana selanjutnya dipakai untuk membuat karbonat laut dengan reaksi yang sebaliknya (reverse reaction).
Karbon dapat kembali ke atmosfer dengan berbagai cara pula, yaitu:
• Melalui pernafasan (respirasi) oleh tumbuhan dan binatang. Hal ini merupakan reaksi eksotermik dan termasuk juga di dalamnya penguraian glukosa (atau molekul organik lainnya) menjadi karbon dioksida dan air.
• Melalui pembusukan binatang dan tumbuhan. Fungi atau jamur dan bakteri mengurai senyawa karbon pada binatang dan tumbuhan yang mati dan mengubah karbon menjadi karbon dioksida jika tersedia oksigen, atau menjadi metana jika tidak tersedia oksigen.
• Melalui pembakaran material organik yang mengoksidasi karbon yang terkandung menghasilkan karbon dioksida (juga yang lainnya seperti asap). Pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, produk dari industri perminyakan (petroleum), dan gas alam akan melepaskan karbon yang sudah tersimpan selama jutaan tahun di dalam geosfer. Hal inilah yang merupakan penyebab utama naiknya jumlah karbon dioksida di atmosfer.
• Produksi semen. Salah satu komponennya, yaitu kapur atau gamping atau kalsium oksida, dihasilkan dengan cara memanaskan batu kapur atau batu gamping yang akan menghasilkan juga karbon dioksida dalam jumlah yang banyak.
• Di permukaan laut dimana air menjadi lebih hangat, karbon dioksida terlarut dilepas kembali ke atmosfer.
• Erupsi vulkanik atau ledakan gunung berapi akan melepaskan gas ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk uap air, karbon dioksida, dan belerang. Jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer secara kasar hampir sama dengan jumlah karbon dioksida yang hilang dari atmosfer akibat pelapukan silikat; Kedua proses kimia ini yang saling berkebalikan ini akan memberikan hasil penjumlahan yang sama dengan nol dan tidak berpengaruh terhadap jumlah karbon dioksida di atmosfer dalam skala waktu yang kurang dari 100.000 tahun.
Karbon di biosfer
Sekitar 1900 gigaton karbon ada di dalam biosfer. Karbon adalah bagian yang penting dalam kehidupan di Bumi. Ia memiliki peran yang penting dalam struktur, biokimia, dan nutrisi pada semua sel makhluk hidup. Dan kehidupan memiliki peranan yang penting dalam siklus karbon:
• Autotroph adalah organisme yang menghasilkan senyawa organiknya sendiri dengan menggunakan karbon dioksida yang berasal dari udara dan air di sekitar tempat mereka hidup. Untuk menghasilkan senyawa organik tersebut mereka membutuhkan sumber energi dari luar. Hampir sebagian besar autotroph menggunakan radiasi matahari untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut, dan proses produksi ini disebut sebagai fotosintesis. Sebagian kecil autotroph memanfaatkan sumber energi kimia, dan disebut kemosintesis. Autotroph yang terpenting dalam siklus karbon adalah pohon-pohonan di hutan dan daratan dan fitoplankton di laut. Fotosintesis memiliki reaksi 6CO2 + 6H2O → C6H12O6 + 6O2
• Karbon dipindahkan di dalam biosfer sebagai makanan heterotrop pada organisme lain atau bagiannya (seperti buah-buahan). Termasuk di dalamnya pemanfaatan material organik yang mati (detritus) oleh jamur dan bakteri untuk fermentasi atau penguraian.
• Sebagian besar karbon meninggalkan biosfer melalui pernafasan atau respirasi. Ketika tersedia oksigen, respirasi aerobik terjadi, yang melepaskan karbon dioksida ke udara atau air di sekitarnya dengan reaksi C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O. Pada keadaan tanpa oksigen, respirasi anaerobik lah yang terjadi, yang melepaskan metan ke lingkungan sekitarnya yang akhirnya berpindah ke atmosfer atau hidrosfer.
• Pembakaran biomassa (seperti kebakaran hutan, kayu yang digunakan untuk tungku penghangat atau kayu bakar, dll.) dapat juga memindahkan karbon ke atmosfer dalam jumlah yang banyak.
• Karbon juga dapat berpindah dari bisofer ketika bahan organik yang mati menyatu dengan geosfer (seperti gambut). Cangkang binatang dari kalsium karbonat yang menjadi batu gamping melalui proses sedimentasi.
• Sisanya, yaitu siklus karbon di laut dalam, masih dipelajari. Sebagai contoh, penemuan terbaru bahwa rumah larvacean mucus (biasa dikenal sebagai "sinkers") dibuat dalam jumlah besar yang mana mampu membawa banyak karbon ke laut dalam seperti yang terdeteksi oleh perangkap sedimen [1]. Karena ukuran dan kompisisinya, rumah ini jarang terbawa dalam perangkap sedimen, sehingga sebagian besar analisis biokimia melakukan kesalahan dengan mengabaikannya.
Penyimpanan karbon di biosfer dipengaruhi oleh sejumlah proses dalam skala waktu yang berbeda: sementara produktivitas primer netto mengikuti siklus harian dan musiman, karbon dapat disimpan hingga beberapa ratus tahun dalam pohon dan hingga ribuan tahun dalam tanah. Perubahan jangka panjang pada kolam karbon (misalnya melalui de- atau afforestation) atau melalui perubahan temperatur yang berhubungan dengan respirasi tanah) akan secara langsung mempengaruhi pemanasan global.
Karbon di laut
Laut mengandung sekitar 36.000 gigaton karbon, dimana sebagian besar dalam bentuk ion bikarbonat. Karbon anorganik, yaitu senyawa karbon tanpa ikatan karbon-karbon atau karbon-hidrogen, adalah penting dalam reaksinya di dalam air. Pertukaran karbon ini menjadi penting dalam mengontrol pH di laut dan juga dapat berubah sebagai sumber (source) atau lubuk (sink) karbon. Karbon siap untuk saling dipertukarkan antara atmosfer dan lautan. Pada daerah upwelling, karbon dilepaskan ke atmosfer. Sebaliknya, pada daerah downwelling karbon (CO2) berpindah dari atmosfer ke lautan.
Dari hasil pengamatan tentang distribusi karbon dalam berbagai bentuk yang terdapat di atmosfer dan biosfer disajikan pada Tabel 1. Dalam tabel tersebut terlihat bahwa karbon dalam bentuk sedimen memiliki jumlah terbesar.
Tabel 1. Jumlah Karbon dalam Batuan Sedimen, Hidrosfer, Atmosfer dan Biosfer

Sumber data: www.sasked.gov.sk.ca/docs/chemistry.
Solubility (Daya Larut)
Daya larut CO2 dari udara ke dalam air sangat tergantung dari tekanan parsial CO2 di udara dan dalam air. Konsentrasi (aktivitas) CO2 atau gas-gas lainnya (substansi yang mudah menguap) di dalam zat cair dapat selalu digambarkan dalam pengertian unit konsentrasi atau dalam pengertian lain tekanan parsial dalam media cair (Partial Pressure Gas in Solution), hal ini bahwa tekanan CO2 di dalam fase gas akan berada dalam keadaan setimbang. CO2 dan memiliki keterkaitan dalam Hukum Henry, yakni jika suatu sistem (cair) dalam keadaan setimbang dalam fase gas, maka tekanan parsial gas dalam media lain sebanding dengan tekanan parsial gas dalam fase gas. CO2 mengalami penurunan daya larut dengan peningkatan suhu hal ini dapat dilihat pada gambar 2. Yang mana dengan semakin meningkatnya suhu kelarutan CO2 dalam gram per 100 liter air menurun.

Gambar 2. Grafik Hubungan kelarutan CO2 dengan Temperatur (http://jcbmac.chem.brown.edu).
Unsur pokok bahan anorganik yang terdapat di perairan dan atmosfer memiliki asal-usul yang sama. CO2 di atmosfer adalah asam yang dapat bereaksi dengan batu-batuan yang mengandung basa. Selain itu juga disebutkan bahwa badan air juga kehilangan karbon terlarut karena masuk kedalam sedimen melalui proses presipitasi. Perombakan dan reaksi presipitasi ini diwakili oleh CaCO3 (s).
Reaksi-reaksi diatas dan reaksi-reaksi HCO3- serta CO32- (alkali) yang hampir sama masuk atau keluar dari perairan. Penambahan CO2 di atmosfer juga merupakan akibat aktivitas vulkanik dan melalui pembakaran fosil-fosil. Reduksi CO2 terjadi pada saat fotosintesis berlangsung dan dibebaskan kembali pada saat respirasi dan oksidasi oleh bahan-bahan organik.
Sistem Karbonat (Carbonate System)
Laut memiliki kemampuan dalam menampung CO2 yang berasal dari atmosfer meskipun laut juga bukan merupakan sebuah wadah yang mampu melarutkan semua bahan yang masuk kedalamnya melainkan sebuah sistem berlapis (layered system). Ada beberapa macam model yang telah diusulkan bagi layered system ini dan ada sebuah model paling sederhana yang sesuai dengan sistem ini dimana atmosfer hanya memiliki kontak/hubungan langsung dengan lapisan permukaan laut di atas thermocline. Turn-over dari lautan lambat dan jika kesetimbangan antara atmosfer dan lapisan permukaan dicapai dengan cepat maka kesetimbangan total lautan akan terjadi berabad-abad.
Selain itu oleh Sumich (1992) mengemukakan, bahwa air laut biasanya memiliki kemampuan yang sangat besar untuk menyerap CO2 bergabung dengan air untuk menghasilkan asam lemah, asam karbonat (H2CO3). Khususnya asam karbonat memisahkan diri dari bentuk hidrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO3-) atau 2 ion H+ dan 1 ion carbonat (CO32-) yang reaksinya sebagaimana dituliskan di atas. Asam karbonat, bikarbonat dan sistem karbonat di air laut berfungsi sebagai penyangga atau untuk membatasi perubahan pH air laut. Jika ion H+ berlebihan maka akan terjadi perubahan pH.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Distribusi CO2 Dalam Air Laut
Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi CO2 dalam air laut telah lama dipelajari oleh para ahli. Salah satu studi yang dikembangkan dalam hal ini adalah program GEOSECS yang banyak menghasilkan beragam informasi tentang sistem CO2. Penelitian ini dilakukan didua samudera yakni Pasifik Utara (204, 31N, 150E) dan Atlantik Utara (115, 28N, 26W) untuk menunjukan keterkaitan kedalaman pada dua samudera tersebut (Riley, J.P and Skirrow, G., 1975; Vetter, 1974; Millero and Sohn 1992).
Adapun beberapa parameter yang mempengaruhi distribusi CO2 dalam air laut adalah sebagai berikut :
pH (Derajat Keasaman)
pH dalam permukaan air laut dalam keadaan setimbang dengan atmosfir adalah berkisar antara 8.2  0.1. Pada kolom air yang tertutup atau relatif kecil variasi pH menunjukan diurnal dan berada antara 8.2 – 8.9. Penurunan pH hingga minimum terjadi pada malam hari karena adanya proses respirasi oleh organisme yang menghasilkan CO2 dan meningkat pada siang hari ketika fotosintesis berlangsung, di mana CO2 dimanfaatkan hingga konsentrasinya menurun sebagaimana terlihat pada gambar 3.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pH minimum terjadi pada kedalaman 1000 m bersamaan juga dengan kondisi O2 yang juga minimum akan tetapi Tekanan Parsial CO2 meningkat. Peningkatan pH di laut dalam terjadi karena kelarutan (dissolution) dari CaCO3, di mana pH bisa mencapai 7.5 pada kedalaman 1000 m. Pada kedalaman yang lebih dalam pH bisa mencapai maksimum akibat adanya tekanan ionisasi asam karbonat .

Gambar 3. Log konsentrasi ion CO2, HCO3- dan CO32- terlarust pada pH, salinitas, Temperatur dan Tekanan berbeda.( Zeebe, Richard E. and Wolf-Gladrow, Dieter. 2003)
Menurut Sumich (1992), bahwa kelimpahan ion H+ dalam air laut dipengaruhi oleh keasaman larutan perairan yang diukur pada skala 0 – 14. Di mana pH rendah menunjukan derajad keasaman yang tinggi dan mewakili konsentrasi H+ yang tinggi. pH 14 menunjukan keadaan yang sangat basa (alkaline) dan memiliki konsentrasi ion H+ yang rendah.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa asam karbonat, bikarbonat dan sistem karbonat di air laut dapat berfungsi sebagai penyangga atau untuk membatasi perubahan pH air laut, di mana apabila dalam suatu perairan hadir ion hidrogen dalam jumlah besar maka pH perairan tersebut akan menjadi asam begitupun sebaliknya. Pada perairan terbuka sistem penyangga berjalan sangat efektif di mana angka pH air laut terbatas pada range 7.5 – 8.4. Sistem yang dinamis ini berfungsi sebagai tempat penampungan kritis bagi CO2 yang diakumulasi dari udara dan sebagai akibat dari aktivitas manusia di daratan.
Alkalinitas (AT)
Pada permukaan salinitas dapat mempengaruhi alkalinitas, hal ini terlihat dari hasil penelitian program GEOSECS diperoleh bahwa alkalinitas di Samudera Atlantik Utara lebih tinggi daripada Samudera Pasifik Utara, hal ini disebabkan oleh pengaruh salinitas akibat adanya evaporasi yang tinggi di Atlantik, sehingga salinitasnya akan meningkat.
Sedangkan pada kedalaman laut yang lebih dalam alkalinitas akan sangat dipengaruhi oleh kelarutan CaCO3. Alkalinitas Pasifik Utara pada kedalaman yang lebih dalam lebih tinggi dibandingkan dengan alkalinitas di Atlantik Utara pada kedalaman yang sama (Gambar 4). Hal ini dikarenakan samudera Pasifik sebelah utara memiliki umur lebih tua sehingga mengakumulasi CO32- lebih banyak.

Gambar 4. Profil Alkalinitas Total Berdasarkan Kedalaman di Samudera Atlantic dan Pasifik, (Millero dan Sohn, 1992).
Alkalinitas permukaan antara 40 S dan 40 N adalah konstan (AT = 2,32 meq kg1- or S. A. = AT/Cl = 0,120). Hal ini ada hubungannya dengan sifat HCO3- di dalam air laut. Perbedaan ini bisa dihubungkan dengan pertumbuhan organisme dengan kulit/kerang CaCO3 ( foraminifera dan pterpods). Karena organisme ini menyukai air hangat sehingga ketika S.A rendah maka semakin besar pembentukan CaCO3 (kulit/kerang). Maka AT untuk perairan Atlantic akan sangat dipengaruhi oleh kondisi ini.
CO2 Total (CO2)
Total karbon dioksida (CO2) anorganik terlarut di permukaan laut ditunjukan pada gambar 5. Tidak seperti alkalinitas total CO2 di perairan equator menunjukan kenaikan yang besar, hal ini disebabkan oleh adanya equatorial upwelling (upwelling pada daerah equator). Hal ini juga dijelaskan oleh Broecker dan Peng (1952) bahwa level total CO2 dan di permukaan air berhubungan dengan pertukaran antara CO2¬ di udara dan CO2 di perairan (Gambar 6). Pertukaran yang berlangsung lambat menyebabkan di perairan lebih besar dibandingkan dengan angka di atmosfer yang terdapat di dekat equator dan rendah di perairan kutub.

Gambar 5. Nilai Total Karbon Dioksida di Permukaan dan Total Alkalinitas Normal (Broecker dan Peng, 1982 dalam Millero dan Sohn, 1992).
Perubahan lintang akan mempengaruhi total karbon dioksida (CO2). Untuk pertukaran yang berlangsung dengan cepat di air dan di udara hampir sama sedangkan jumlah CO2 lebih tinggi di daerah kutub.
Akibat efek penyangga air laut, hanya sejumlah kecil dari CO2 yang butuh dipindahkan ke dalam perairan untuk mengembalikan kondisi kesetimbangan antara udara dan perairan laut. Sistem penyaggaan seperti ini disebut Revelle Factor (R) yakni rasio kenaikan fraksi di dalam tekanan parsial CO2 di atmosfer terhadap kenaikan fraksi total karbon dioksida di perairan.

Gambar 6. Tekanan Parsial Karbon Dioksida di Permukaan Perairan dengan perubahan yang cepat dan lambat antara udara dan perairan (Millero dan Sohn, 1992).
Profil CO2 berdasarkan kedalaman di samudera Atlantik dan Pasifik ditunjukan pada gambar 7. Angka di permukaan berkisar 2.05 mmol/kg. Penurunan menjadi minimum di permukaan perairan disebabkan adanya proses fotosintesis. Sedangkan pada kedalaman yang lebih dalam CO2 meningkat, hal ini disebabkan adanya oksidasi oleh material tumbuhan. Angka CO2 disamudera Pasifik yang lebih dalam lebih tinggi di Atlantik, karena massa air di Pasifik lebih tua sehingga memiliki waktu yang cukup panjang untuk mengakumulasi CO2 oleh oksidasi mikroba.
CO2 dan AT memiliki hubungan yang sangat erat satu sama laiinya dan dapat digunakan untuk menentukan ciri-ciri dari beberapa massa air.

Gambar 7. Profil CO2 Total Berdasarkan Kedalaman di Samudera Atlantic dan Pasifik
Tekanan Parsial CO2
Pengukuran terhadap Tekanan Parsial CO2 di atmosfer dan lautan telah banyak dilakukan oleh ilmuwan salah satunya Keeling (1958) di Mauna Loa (Hawaii). Dari hasil penelitian yang dilakukan kurang lebih 24 tahun terakhir, diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan CO2 di atmosfer disebabkan oleh pembakaran fosil-fosil. Di mana penambahan konsentrasi CO2 di udara tegak lurus dengan jumlah pembakaran fosil, akan tetapi jumlah konsentrasi CO2 di udara hanya setengah dari jumlah yang diperkirakan. Hal ini ternyata disebabkan oleh adanya adsorbsi oleh lautan.
Dari beberapa pengamatan terakhir pada lokasi perairan lain (Alaska dan kutub Selatan) menunjukan hal yang sama dengan pengamatan Keeling (1958) akan tetapi ternyata variasi siklus tahunan CO2 di Alaska lebih besar dibanding perairan lain, di mana rata-rata peningkatannya itu sebesar 1.5 ppm pertahun. Sedangkan dari hasil pengamatan secara musiman diperoleh bahwa CO2 maksimum terjadi pada bulan April dan Mei dan minimum terjadi pada bulan September dan Oktober. Hal ini dikarenakan oleh variasi proses fotosintesis dan respirasi oleh tumbuhan di darat (sedangkan dilautan tidak ada data yang cukup)
Dari hasil pengamatan tersebut di atas dan hasil analisis oleh Millero and Sohn (1992) menyimpulkan bahwa perubahan Tekanan Parsial CO2 dipermukaan perairan disebabkan oleh :
a. Pengurangan akibat fotosintesis
b. Pengurangan akibat pembentukan CaCO3
c. Pengurangan akibat pemanasan bumi
d. Penambahan akibat oksidasi oleh material tumbuhan
e. Penambahan akibat penguraian CaCO3
f. Penambahan akibat peningkatan CO2 di atmosfer akibat pembakaran fosil
Penguraian semua efek ini kadang-kadang lebih sulit akibat respon yang lambat dari perubahan laut di level CO2 di atmosfer. Seperti gas-gas yang lain pada umumnya, kekuatan yang menggerakan CO2 dari udara ke permukaan laut adalah perbeadaan konsentrasi di atmosfer dan perairan. Jika terjadi perubahan/pertukaran yang cepat maka di atmosfer menjadi setimbang dengan di perairan.

Gambar 8. Profil Berdasarkan Kedalaman di Samudera Atlantic dan Pasifik

Profil berdasarkan kedalaman untuk samudera Atlantic dan Pasifik ditunjukan pada gambar 8. Nilai-nilai tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan AT dan CO2, sehingga tidak memiliki keakuratan yang paling baik. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa pada laut yang lebih dalam di samudera Pasifik lebih tinggi bila dibandingkan dengan samudera Atlantik, hal ini disebabkan massa air di Pasifik lebih tua dan akibat produktifitas yang lebih tinggi dipermukaan, (Riley and Skirrow, 1975; Millero and Sohn, 1992).
Daftar Pustaka

Millero, F.J. and Sohn M.L., 1992. Chemical Oceanography. CRC Press Boca Raton Ann Arbor London.
Nyabakken, J.W., 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Penerbit PT Gramedia. Jakarta.
Riley, J.P and G.Skirrow, 1975. Chemical Oceanography Volume 2 2ND Edition. Academic Prees. New York.
Stumm, M. And Morgan J.J., 1970. Aquatic Chemistry An Introduction Emphasizing Chemical Equilibria in Natural Waters. By John Willey and Sons, Inc. New york.
Sumich, J.L., 1992. An Introduction to the Biology of Marine Life 5th Edition. Wm.C. Brown Publishers, USA.
Svedrup, H.V.; M.W. Jhonson. and R. H. Fleming, 1942. The Oceans Their Physics, Chemistry and Biology. Prentice-Hall Inc. Englewood Cliffs, New York.
Vetter, R.C., 1974. Oceanography The Last Frontier. Forum Editor, Voice of America, United States Information Agency, Washington, D.C.
Whorf, T.P., Keeling, CD (2005). "Atmospheric CO2 records from sites in the SIO air sampling network.". Period of record: 1958-2004.
Zeebe, Richard E. and Wolf-Gladrow, Dieter. 2003.Co 2 In Sea Water: Equilibrium, Kinetics, Isotopes. ELSEVIER SCIENCE B.V.: Amsterdam, The Netherlands.
http://id.wikipedia.org/wiki/Siklus_karbon. Diakses 18 Januari 2008
http://scifun.chem.wisc.edu/chemweek/pdf/CarbonDioxide.pdf
http://jcbmac.chem.brown.edu/myl/hen/CO2Water.gif

1 komentar:

  1. In this fashion my pal Wesley Virgin's adventure begins in this SHOCKING AND CONTROVERSIAL VIDEO.

    Wesley was in the military-and shortly after leaving-he found hidden, "self mind control" tactics that the government and others used to get everything they want.

    THESE are the EXACT same methods tons of celebrities (notably those who "come out of nothing") and top business people used to become wealthy and famous.

    You probably know that you utilize only 10% of your brain.

    That's really because most of your brain's power is UNTAPPED.

    Maybe this expression has even taken place INSIDE OF YOUR own head... as it did in my good friend Wesley Virgin's head around 7 years ago, while driving an unregistered, trash bucket of a vehicle without a driver's license and with $3.20 in his pocket.

    "I'm absolutely frustrated with going through life paycheck to paycheck! Why can't I turn myself successful?"

    You've taken part in those types of thoughts, ain't it right?

    Your very own success story is waiting to happen. You just need to take a leap of faith in YOURSELF.

    WATCH WESLEY SPEAK NOW

    BalasHapus